siapakah itu dan apakah itu?
Itu tokoh-tokoh berdiri gaga di pinggir kota itu
Siapakah pemilik itu?
Bukankah milikmu?
Bukan, bukan punyaku, tapi milik temanku
Hanyalah serambi milikku
Di kota itu, mereka berdiri berdagang seperti
negerinya
Dan mamaku, bersujud di pinggir kotaku
Sayuran layu, kulit menjadi keriput
Sungguh, aku tanya diriku. Bingung diriku
Padahal, serambi itu miliku, bukan miliknya
Di pinggiran jalan di atas aspal berbatu, kau
duduk
hormat pada matahari
kau jemur, menahan rasa panas dan mengantuk.
Hanya ingin dapat 1.000
Sialnya jahanam itu
Kukutuk kepadanya dengan sajakku
terkutuklah kau si jahanam pemuas napsu dunia
Dalam slogan, bermain manisan
Dalam angan yang tak punya rasa
si raja bermandi atas rayuan gombalnya
tak jua menatap semut yang dibakar kalajengking di pinggiran kota itu
Darimana gagasan itu kau dapat dan menyiksa
anak-anakmu
seperti perang vietnam?
Jahanam kau
Kukutuk kau, walau kau idolaku
Mama, siapa menyuru kau duduk di tanah
menjual sayur?
Yang menyuruh kamu adalah si mandul yang Jahanam itu bukan?
Di tanah itu, kau duduk, bermandi keringat derasnya matahari,
itu adalah tanahmu.
Bangkitlah!
Bangkitlah!
Lawan si jahanam itu!
Walau ia sahabatmu, dia adalah si jahanam pemuas napsu
Ku tulis untukmu mama-mamaku
Tanah ini milikmu
Bangkitlah!
Berdiri hancurkan tokoh-tokoh yang dibangun di atas negerimu!
Rebutlah dari tangan penguasa itu!
Aku disini,
Akan kutulis jika ia masih melawan menyiksamu di negerimu
Aku tak mau kau duduk, berjualan di pinggiran jalan beraspal batu
seperti kau bukan pemilik negeri itu
Aku menyebut dia jahanam, karena ia telah berhasil
menipu kita
Sekalipun ia sahabat kita, aku sebut dia adalah si jahanam sial
Yogyakarta, 2017