Sabtu, 05 Agustus 2017

Kembali Korban



Daging-daging berceceran di atas permadani
Begitu pula darah berceceran di atas permadani
menoreh kepada awan di atas langit yang diyakini

Lupa kembali di bulan delapan terlihat korban
di siang hari. Terdengar isak tangis seorang ibu korban

Tapi satelit di atas angkasa tak mampu beri laporan
kepada seluruh kalayak, kalau di bulan delapan ada korban
yang telah dibaringkan di kediaman

Begitulah sikap munafik yang lancang memamerkan
wajahnya seakan sudah aman.
Di setiap bulang delapan,
itu ada korban yang mengkagetkan

Yogya, 2017

Cinta Yang Luntur




Ucapan bibirmu memanjakanku
Hati yang berkata lain, aku terombang ambingkan badai
Dengar di bibir menjadi manis
Terasa pahit dan sesak di dada
Demikian, cinta kita jadi luntur dan tak bernilai
 Yogyakarta, 2017

Si Jahanam Sial



siapakah itu dan apakah itu?
Itu tokoh-tokoh berdiri gaga di pinggir kota itu
Siapakah pemilik itu?
Bukankah milikmu?
Bukan, bukan punyaku, tapi milik temanku
Hanyalah serambi milikku

Di kota itu, mereka berdiri berdagang seperti negerinya
Dan mamaku, bersujud di pinggir kotaku
Sayuran layu, kulit menjadi keriput
Sungguh, aku tanya diriku. Bingung diriku
Padahal, serambi itu miliku, bukan miliknya

Di pinggiran jalan di atas aspal berbatu, kau duduk
hormat pada matahari
kau jemur, menahan rasa panas dan mengantuk.
Hanya ingin dapat 1.000
Sialnya jahanam itu
Kukutuk kepadanya dengan sajakku
terkutuklah kau si jahanam pemuas napsu dunia

Dalam slogan, bermain manisan
Dalam angan yang tak punya rasa
si raja bermandi atas rayuan gombalnya
tak jua menatap semut yang dibakar kalajengking di pinggiran kota itu

Darimana gagasan itu kau dapat dan menyiksa anak-anakmu
seperti perang vietnam?
Jahanam kau
Kukutuk kau, walau kau idolaku
Mama, siapa menyuru kau duduk di tanah menjual sayur?
Yang menyuruh kamu adalah si mandul yang Jahanam itu bukan?
Di tanah itu, kau duduk, bermandi keringat derasnya matahari,
itu adalah tanahmu.
Bangkitlah!
Bangkitlah!
Lawan si jahanam itu!
Walau ia sahabatmu, dia adalah si jahanam pemuas napsu

Ku tulis untukmu mama-mamaku
Tanah ini milikmu
Bangkitlah!
Berdiri hancurkan tokoh-tokoh yang dibangun di atas negerimu!
Rebutlah dari tangan penguasa itu!

Aku disini,
Akan kutulis jika ia masih melawan menyiksamu di negerimu
Aku tak mau kau duduk, berjualan di pinggiran jalan beraspal batu
seperti kau bukan pemilik negeri itu
Aku menyebut dia jahanam, karena ia telah berhasil menipu kita
Sekalipun ia sahabat kita, aku sebut dia adalah si jahanam sial

Yogyakarta, 2017

Kelapa Sawit



Hanya di Arso yang punya kelapa Sawit
Itu Sawit kita satu-satunya milik "NKRI"
Warga kita, bukan warga kita
Adalah kelapa sawit milik kita "NKRI"

Kalau warga kita protes, kita sebut mereka kelompok separatis
Itu karena kelapa sawit hanya di Arso
Kelapa Sawit itu satu-satunya milik kita "NKRI"
Karena itu, yang berpijak di bumi Arso, kerab diusir
Kelapa sawit menjadi milik NKRI dan dijaga berpakian loreng

Kalau ada warga yang protes, yang jawab adalah butiran hujan panas
Karena takut kehilangan kelapa sawit milik kita
Itu milik NKRI harga mati

????

Yogya, 2017