Sabtu, 05 September 2015

JANGAN GADAIKAN HARTA KAMI Oleh W. O. Venn. Van Bronckozrt


       Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berusaha untuk mengancurkan dan menggagalkan isu Papua Merdeka di dalam negeri maupun luar negeri dengan berbagai jenis program dengan dana yang cukup besar, bahkan melalkukan pembubaran paksa massa aksi, menangkap, menahan, mengejar, menghilangkan nyawa rakyat sipil tanpa ada masalah. Dengan beranggapan bahwa Papua sudah final melalui PEPERA  pada tahun 1969, dan menutup ruang demokrasi bagi Rakyat Bangsa Papua hingga saat ini, yang begitu semangatnya mau merdeka lepas dari negara kolonial Indonesia.  Lagi pula negara Indonesia sedang dan telah menyiapkan milisi orang Papua guna untuk suatu kelak jika Papua sudah merdeka akan ada terjadi perang antara orang-orang Papua dengan milisi Papua yang direkrut oleh kolonial Indonesia melalui kaki tangan Intelejen Indonesia di seluruh tanah Papua.

Bangsa Papua Barat berjuang untuk Merdeka bukanlah ikut-ikutan atau mimpi khayalan,  melainkan sebua proses sejarah yang panjang yang dimana bangsa Papua telah melahirkan embrio baru pada tahun 1961 yang terjadi di Hollandya (Jayapura) saat ini dan penuh bermakna itu. Sejarah sudah membuktikan bahwa Papua sudah merdeka  saat itu, setelah  Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Kemudian, West New Guinea atau Ducth New Guinea pada saat Persiapan  Dekolonisasi Papua Tahun 1945 – 1962, Setelah Pasukan Sekutu berhasil memukul mundur pasukkan Jepang dari wilayah Papua Barat, maka administrasi wilayah ini diserahkan kembali kepada Pemerintah Belanda pada tanggal 22 April 1944 di Hollandia.

         Sedangkan administrasi wilayah Papua dan New Guinea diserahkan kembali kepada Pemerintah Australia. Penyerahan ini dilakukan karena Jenderal Douglas Mc. Arthur berpidato di Ifar gunung (Hollandia/Jayapura) bahwa setelah selesai perang, maka seluruh wilayah di Pasifik harus Memiliki Pemerintahan Sendiri (Self Government) namun karena Bangsa Papua belum mampu untuk memimpin dirinya sendiri, maka Belanda merasa berkewajiban untuk memajukan wilayah ini sesuai dengan pembagian Administrasi wilayah jajahannya seperti Nederland Indies (Indonesia), Nederland Antillens (Suriname), dan Nederland New Guinea (Papua Barat). Pembagian Administrasi Provinsi Nederland Niuew Guinea terjadi jauh sebelumnya yaitu pada tanggal 7 Maret 1910 dengan mengangkat seorang Gubernur Jenderal yang bertanggung jawab langsung kepada Kerajaan Belanda dan tidak berada dibawah control Gubernur Jenderal Nederland Indies yang berkedudukan di Batavia atau Jakarta (John Anari, Comp. Eng:Kegagalan Dekolonisasi Dan Ilegal Referendum Di Papua Barat, hal 109 bagian B)

        Sejarah tidak bisa ditutup-tutupi oleh siapa pun bagi Bangsa Papua. Karena sejarah sudah jelas dicatat bahwa Papua bukanlah bagian dari Nederland Indies (Indonesia) sehingga, bangsa Indonesia harus sadar akan hal itu dan menghormati hak-hak bangsa Papua yang dirampas oleh Indonesia melalui PEPERA tahun 1969 atau musyawarah ala kolonialisme untuk mendapatkan keuntungan. Yang seharusnya dilakukan secara mekanisme Internasional yaitu ''One man one vout. Namun hal itu tidak terjadi sesuai dengan keinginan Rakayat Papua Barat saat itu. Meskipun demikian, bangnsa ini mengalami suatu metamorfose yang besar sehingga bangsa Papua secara berjuang secara pelan-pelan akan  menentukan nasipnya sendiri (Self- Determination) di atas negerinya tanah Papua. Oleh karena demikian, kembalikan hak-hanya dengan secara hormat tanpa ada unsur-unsur plagiatisme, intimidasi dan diskriminatif terhadap Bangsa West Papua. Bicara Papua Merdeka bukanlah soal mengisi perut yang kosong, melainkan berjuang untuk melindungi dan melestarikan kekhasan budaya dan harga diri bangsa Papua.  Yang merupakan bagian dari rumpun Melanesia di wilayah Pasifik ini yang kemudian mengangkat nilai-nilai kemanusian yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

       Kemudian muncul pertanyaan bagi saya bahwa, Kenapa banyak orang di jawa belum tahu tentang Papua? Ada pengalaman saya ketika berada di kota perantauan (di Kota Gudek Yogyakarta). Berikut pengalamannya : Sore itu, saya makan di sebuah angkringan, Dimana, nasi-nasi itu sering disebut dengan nasi kucing. Bentuk bungkusan nasi itu sangat kecil, sudah tahu kan? Kalau selera orang Luar Jawa atau Indonesia Timur, tentu makannya banyak supaya perut bisa kenyang. Nah,  saya mulai duduk dan memesan Es susu putih kemudian ambil nasi kucing 5 bungkus. Kemudian, saya mulai makan. Tiba-tiba ada seorang bapa datang duduk di samping saya dan ia pun ikut makan. Sambil makan, bapa ini mulai menyapa dengan ''Selamat sore.... ''Bapak dari Papua''? ''Saya jawab, maaf saya bukan bapa tapi mas''. Lanjut saya, Ya saya dari Papua. Lalu bapa ini pun balik bertanya,’ Papua itu kaya kan mas''. Kemudian apa jawaban? Saya hanya diam karena hati saya sedih mendengar kata ini. Sehubungan dengan hal itu, pertama kali saya dan beberapa teman dari Papua khususnya  dar Pegunungan Bintang, berangkat ke tanah Jawa dari Jayapura  transit Makasar – kemudian dari Makasar transit – Jakarta. Di Bandara Sukarno Hatta, saya dan teman kami istirahat sejenak untuk melanjutkan penerbangan selanjutnya ke Jogyakarta. Sambil istiraht, Bapak Stefanus Ngadimin Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Kabupaten Pegnungan Bintang, membelikan kami makanan. Kemudian, saya dan teman-teman duduk  dan mulai makan. Sambil makan, kami mulai cerita asyik dalam bahasa daerah. Tiba-tibah ada karyawan Airport Bandara Internasional Sukarno Hatta,  dia menghampiri salah satu teman dan menyapa dalam bahasa Inggris, katanya’’ Good night, You are from Zamba Brazil? Namun jawab teman sambil tertawa  ''maaf kami bukan dari Brazil tapi dari Papua. Pengalaman seperti ini  banyak sekali saya jumpai setelah berada di tanah Jawa. Dan saya kaget lalu berkata dalam hati, bahwa ''Pantas saja kalau Papua minta merdeka''. Mengapa demikian? Ya karena bangsa Papua bukan Bangsa Indonesia. Kan begitu.

         Oleh karena itu, di Indonesia masih ada banyak orang yang belum tahu tentang Papua. Sehingga Indonesia benar-benar gagal meng-Indonesiakan orang Papua ke dalam NKRI. Yang bisa tahu nama Papua dan orangnya adalah orang-orang Indonesia-Jakarta atau hanya segelintir orang Indonesa yang tahu nama Papua ‘’Elit-elit Jakarta dan Elit Papua di tanah Papua. Hal-hal kecil inilah yang membuktikan bahwa Papua bukanlah Indonesia. Sehingga wajar kalau Papua merdeka di luar Indonesia itu sangat-sangat jelas sekali. Ketika rakyat Papua demo negara melarang bahkan membubarkan massa aksi damai di seluruh pelosok tanah air di RI. Nah bagaimana dengan konsep Pemekaran? Masalah Papua Merdeka menurut orang Jakarta adalah masalah kesejahteraan, ketertinggalan dan ketidak adilan dalam suatu sistem. Kalau kita tanya satu persatu kepada rakyat Papua, semua program gula-gula mentos yang dibuat oleh pusat kepada pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, pasti jawaban  Rakyat Papua lain dengan apa yang ditanyakan oleh orang-orang Jakarta. 

         Oleh karena itu, pemekaran bukanlah solusi bagi rakyat Bangsa Papua melainkan membuka lahan-lahan baru untuk kaum bangsa kedar untuk megisap darah dan mengkuras harta karun orang Papua yang diberikan TUHAN kepada Bangsa Papua Barat. Sebab pemekaran adalah salah satu bentuk pembodohan bagi rakyat Papua oleh pemerintah pusat terhadap bangsa Papua yang dulunya bersatu. Misalnya program UP4B yang begitu kegila-gilaanya Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, mengirim putra dan putrinya ke suluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia sampai saat ini, biaya pinansialnya belum terakomodir dari Pemerintah daerah setempat sehingga ada yang terpaksa membiayai tempat tinggalnya dari tanggungan orang tua, ketika saya menghubungi salah satu mahasiswa yang kuliah di Banda Aceh jurusan peternakan. Sungguh sangat mengkwatirkan tentang masa depan anak cucu Bangsa Papua Barat di masa akan datang. 

       Oleh karenanya, mahasasiswa sebagai intelektual dan tulang punggung bangsa, kita terus bersuara melalui media-media baik lokal maupun nasional bahkan ke Internasional untuk menolak secara tegas kepada pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sehingga jangan ada terjadi perpecahan di antara orang Papua melalui DOB yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI), Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Desember 2013 silam terkait pemekaran daerah otonom baru (DOB) tersebut. Sehubungan dengan itu, di daerah lain bisa-bisa saja memberikan otonomi dan mengadakan pemekaran Provnsi, Kabupaten dan Kampung. Tetapi khusus Papua dan Papua Barat cukuplah dan cukup. Jangan menambah penderitaan bagi orang pribumi Papua.

       Karena pemekaran bagi Rakyat Bangsa Papua bukanlah kado-kado manis yang harus dibanggakan oleh rakayat Papua melainkan pemekaran adalah bentuk pembodohan dan perpanjangan penderitaan bagi rakyat Papua di atas negerinya sendiri. Karenanya para DPRP dan MRP serta pejabat pemerintah Papua maupun Papua Barat, harus jelih membaca apa yang direncanakan dan dirancang oleh orang-orang Jakarta. Penjabat pemerintah jangan hanya tinggal duduk manis buka mulut dan Jakarta kasi makan kemudian bilang amin saja. Memangngya di Papua itu hanya Cuma pejabat saja ka? Sekali lagi bahwa pemekaran tidak membawa perubahan bagi Rakyat Bangsa Papua Barat. Karenanya pemerintah Indonesia sudah gagal dengan namanya Otsus sekarang UP4B dan Otsus Plus semuanya itu bukan untuk orang Papua melainkan dana untuk orang non Papua khususnya TNI/POLRI KOPASUS, dan buru kasar non Papua guna untuk membunuh dan memusnakan orang asli Papua Barat di atas tanahnya sendiri sehingga berhenti mendengar bahasa kotor yang membodo-bodohi orang Papua.

        Penulisa mengingatkan melalui tulisan ini bahwa,  orang Papua barisan Merah Putih segera sadar diri dan tunjukan harga dirimu bahwa anda adalah orang Papua.  Karena Papua tidak bisa dibangun oleh orang luar Papua. Seperti sending yang pertama kali mendarat di pulau Papua, memberikan kabar  keselamatan Tuhan Yesus, ''Isac Samul Kinje'' pada tahun 1925 dengan keadaan yang sangat takut dan Memberkati Papua dengan doanya’’ Dalam nama Tuhan Yesus saya berdoa, Sekalipun orang memilki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak bisa memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan Memimpin dirinya sendiri’’. Doa seorang pendeta inilah yang sudah dan sedang terjadi sampai sekarang. Sehingga sekalipun orang  Indonesia yang memilki kepandaian tinggi,akal budi dan marifat dengan gelar yang begitu menggila dunia, bangsa Indonesia seratus persen tidak akan pernah membangun Papua dengan sunguh-sungguh melainkan yang ada hanya korupsi dan banyak hutang di luar negeri alias tutup lobang gali lobang. 

Dalam Kitab Ulangan, 28:33 dan 38 disana mengatakan bahwa: Ul, 28:33’
Suatau Bangsa yang tidak kau kenal, akan memakan hasil bumimu dan segala hasil jerih payahmu;engkau akan ditindas dan dinjak. 38 banyak benih yang akan kau bawah ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kau kumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya’’.


         Kekayaan yang begitu melimpa, Bangsa Papua miliki baik hasil bumi tambang, hasil bumi lautan semuanaya dikuasi orang asing yang sama sekali orang Papua tidak tahu dari mana orang-orang itu datang menempatinya. Sehingga kekayaan yang dimilki orang Papua hanya sedikit yang diperolehnya alias sisa-sisa makanan orang asing ini.  Nah sekarang pertnyaannya. Masih ada harapan ka Bangsa Papua hidup dalam NKRI? Kalau penderitaan ini masih terus berlanjut, Bangsa Papua seharusnya mengaduh kepada siapa untuk menentukan nasipnya sendiri? Akan kah  terus menjadi bayang-bayang di atas bukit Emas? 


''Mari kita mengakhiri semua penderitaan melalu fitnaan dan hinaan ini''


Tidak ada komentar: