Pemerintah
Indonesia dari tahun ke tahun berusaha untuk mengancurkan dan menggagalkan isu Papua Merdeka di dalam negeri maupun
luar negeri dengan berbagai jenis program dengan dana yang cukup besar, bahkan melalkukan pembubaran paksa massa
aksi, menangkap,
menahan, mengejar, menghilangkan nyawa rakyat sipil tanpa ada masalah. Dengan beranggapan bahwa Papua sudah final melalui
PEPERA pada tahun
1969, dan menutup ruang demokrasi bagi Rakyat Bangsa Papua hingga saat ini,
yang begitu semangatnya mau merdeka lepas dari negara kolonial Indonesia. Lagi pula negara Indonesia sedang dan telah
menyiapkan milisi orang Papua guna untuk suatu kelak jika Papua sudah merdeka akan
ada terjadi perang antara orang-orang Papua dengan milisi Papua yang direkrut
oleh kolonial Indonesia melalui kaki tangan Intelejen Indonesia di seluruh
tanah Papua.
Bangsa Papua Barat berjuang untuk Merdeka bukanlah ikut-ikutan atau mimpi khayalan, melainkan sebua proses sejarah yang panjang yang dimana bangsa Papua telah melahirkan embrio baru pada tahun 1961 yang terjadi di Hollandya (Jayapura) saat ini dan penuh bermakna itu. Sejarah sudah membuktikan bahwa Papua sudah merdeka saat itu, setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Kemudian, West New Guinea atau Ducth New Guinea pada saat Persiapan Dekolonisasi Papua Tahun 1945 – 1962, Setelah Pasukan Sekutu berhasil memukul mundur pasukkan Jepang dari wilayah Papua Barat, maka administrasi wilayah ini diserahkan kembali kepada Pemerintah Belanda pada tanggal 22 April 1944 di Hollandia.
Sedangkan
administrasi wilayah Papua dan New Guinea diserahkan kembali kepada Pemerintah Australia.
Penyerahan ini dilakukan karena Jenderal Douglas Mc. Arthur berpidato di Ifar
gunung (Hollandia/Jayapura) bahwa setelah selesai perang, maka seluruh wilayah
di Pasifik harus Memiliki Pemerintahan Sendiri (Self Government) namun
karena Bangsa Papua belum mampu untuk memimpin dirinya sendiri, maka Belanda
merasa berkewajiban untuk memajukan wilayah ini sesuai dengan pembagian
Administrasi wilayah jajahannya seperti Nederland Indies (Indonesia), Nederland
Antillens (Suriname), dan Nederland New Guinea (Papua Barat). Pembagian
Administrasi Provinsi Nederland Niuew Guinea terjadi jauh sebelumnya yaitu pada
tanggal 7 Maret 1910 dengan mengangkat seorang Gubernur Jenderal yang
bertanggung jawab langsung kepada Kerajaan Belanda dan tidak berada dibawah control
Gubernur Jenderal Nederland Indies yang berkedudukan di Batavia atau Jakarta (John Anari, Comp. Eng:Kegagalan
Dekolonisasi Dan Ilegal Referendum Di Papua Barat, hal 109 bagian B).
Sejarah tidak bisa ditutup-tutupi oleh siapa pun bagi Bangsa Papua. Karena sejarah
sudah jelas dicatat bahwa Papua bukanlah bagian dari Nederland Indies
(Indonesia) sehingga, bangsa Indonesia harus sadar akan hal itu dan menghormati hak-hak bangsa Papua yang dirampas oleh Indonesia melalui PEPERA tahun 1969 atau musyawarah ala kolonialisme untuk mendapatkan keuntungan. Yang seharusnya dilakukan secara mekanisme Internasional yaitu ''One man one vout. Namun hal itu tidak terjadi sesuai dengan keinginan Rakayat Papua Barat saat itu. Meskipun demikian, bangnsa ini mengalami suatu metamorfose yang besar sehingga bangsa Papua secara berjuang secara pelan-pelan akan menentukan nasipnya sendiri (Self- Determination) di atas negerinya
tanah Papua. Oleh karena demikian, kembalikan hak-hanya dengan secara hormat tanpa
ada unsur-unsur plagiatisme, intimidasi dan diskriminatif terhadap Bangsa West Papua. Bicara Papua Merdeka
bukanlah soal mengisi perut yang kosong, melainkan berjuang untuk melindungi dan
melestarikan kekhasan budaya dan harga diri bangsa Papua. Yang merupakan bagian dari rumpun Melanesia di wilayah Pasifik ini yang kemudian
mengangkat nilai-nilai kemanusian yang sederajat dengan bangsa-bangsa lain di
dunia.
Kemudian muncul
pertanyaan bagi saya bahwa, Kenapa banyak orang di jawa belum tahu tentang Papua? Ada pengalaman saya ketika berada di kota perantauan (di Kota Gudek Yogyakarta). Berikut pengalamannya : Sore itu, saya makan di sebuah angkringan, Dimana, nasi-nasi itu sering disebut dengan nasi kucing. Bentuk bungkusan nasi itu sangat kecil, sudah tahu kan? Kalau selera orang Luar
Jawa atau Indonesia Timur, tentu makannya banyak supaya perut bisa kenyang. Nah, saya mulai duduk dan memesan Es susu putih kemudian ambil nasi kucing 5 bungkus. Kemudian, saya mulai makan. Tiba-tiba ada seorang bapa datang duduk di samping saya dan ia pun ikut makan. Sambil makan, bapa ini mulai menyapa dengan ''Selamat sore.... ''Bapak dari
Papua''? ''Saya jawab, maaf saya bukan bapa tapi mas''. Lanjut saya, Ya saya dari Papua. Lalu bapa ini pun balik bertanya,’
Papua itu kaya kan mas''. Kemudian apa jawaban? Saya hanya diam karena hati saya sedih
mendengar kata ini. Sehubungan dengan hal itu, pertama kali saya dan beberapa teman dari Papua khususnya dar Pegunungan Bintang, berangkat ke tanah Jawa dari Jayapura transit Makasar – kemudian dari Makasar transit
– Jakarta. Di Bandara Sukarno Hatta, saya dan teman kami istirahat sejenak untuk melanjutkan penerbangan
selanjutnya ke Jogyakarta. Sambil istiraht, Bapak Stefanus
Ngadimin Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran, Kabupaten Pegnungan Bintang, membelikan kami makanan. Kemudian, saya dan teman-teman duduk dan mulai makan. Sambil makan, kami mulai cerita asyik dalam bahasa daerah. Tiba-tibah ada karyawan Airport Bandara Internasional Sukarno
Hatta, dia menghampiri salah satu teman dan menyapa dalam bahasa Inggris, katanya’’
Good night, You are from Zamba Brazil? Namun jawab teman sambil tertawa ''maaf kami bukan dari Brazil tapi dari Papua. Pengalaman seperti ini banyak sekali saya jumpai setelah berada di
tanah Jawa. Dan saya kaget lalu berkata dalam hati, bahwa ''Pantas
saja kalau Papua minta
merdeka''. Mengapa demikian? Ya karena bangsa Papua bukan Bangsa Indonesia. Kan begitu.
Oleh karena itu, di
Indonesia masih ada banyak orang yang belum tahu tentang Papua. Sehingga Indonesia
benar-benar gagal meng-Indonesiakan orang Papua ke dalam NKRI. Yang bisa tahu
nama Papua dan orangnya adalah orang-orang Indonesia-Jakarta atau hanya segelintir orang Indonesa yang tahu nama Papua ‘’Elit-elit Jakarta dan Elit
Papua di tanah Papua. Hal-hal kecil inilah yang membuktikan bahwa Papua
bukanlah Indonesia. Sehingga wajar kalau Papua merdeka di luar Indonesia itu
sangat-sangat jelas sekali. Ketika rakyat Papua demo negara melarang bahkan
membubarkan massa aksi damai di seluruh pelosok tanah air di RI. Nah bagaimana
dengan konsep Pemekaran? Masalah Papua Merdeka menurut orang Jakarta adalah masalah
kesejahteraan, ketertinggalan dan ketidak adilan dalam suatu sistem. Kalau kita
tanya satu persatu kepada rakyat Papua, semua program gula-gula mentos yang dibuat
oleh pusat kepada pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, pasti jawaban Rakyat Papua lain dengan apa yang ditanyakan
oleh orang-orang Jakarta.
Oleh karena itu, pemekaran bukanlah solusi bagi rakyat Bangsa Papua melainkan membuka lahan-lahan baru untuk kaum bangsa kedar untuk megisap darah dan mengkuras harta karun orang Papua yang diberikan TUHAN kepada Bangsa Papua Barat. Sebab pemekaran adalah salah satu bentuk pembodohan bagi rakyat Papua oleh pemerintah pusat terhadap bangsa Papua yang dulunya bersatu. Misalnya program UP4B yang begitu kegila-gilaanya Pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat, mengirim putra dan putrinya ke suluruh perguruan tinggi negeri di Indonesia sampai saat ini, biaya pinansialnya belum terakomodir dari Pemerintah daerah setempat sehingga ada yang terpaksa membiayai tempat tinggalnya dari tanggungan orang tua, ketika saya menghubungi salah satu mahasiswa yang kuliah di Banda Aceh jurusan peternakan. Sungguh sangat mengkwatirkan tentang masa depan anak cucu Bangsa Papua Barat di masa akan datang.
Oleh karenanya, mahasasiswa
sebagai intelektual dan tulang punggung bangsa, kita terus bersuara melalui
media-media baik lokal maupun nasional bahkan ke Internasional untuk menolak secara tegas kepada
pemerintah Provinsi Papua dan Papua Barat sehingga jangan ada terjadi
perpecahan di antara orang Papua melalui DOB yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia (RI),
Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 27 Desember 2013 silam terkait pemekaran
daerah otonom baru (DOB) tersebut. Sehubungan dengan itu, di daerah lain
bisa-bisa saja memberikan otonomi dan mengadakan pemekaran Provnsi,
Kabupaten dan Kampung. Tetapi khusus Papua dan Papua Barat cukuplah dan cukup. Jangan menambah penderitaan bagi orang pribumi Papua.
Karena pemekaran bagi Rakyat Bangsa Papua bukanlah kado-kado manis yang
harus dibanggakan oleh rakayat Papua melainkan pemekaran adalah bentuk
pembodohan dan perpanjangan penderitaan bagi rakyat Papua di atas negerinya sendiri.
Karenanya para DPRP dan MRP serta pejabat pemerintah Papua maupun Papua Barat,
harus jelih membaca apa yang direncanakan dan dirancang oleh orang-orang
Jakarta. Penjabat pemerintah jangan hanya tinggal duduk manis buka mulut dan
Jakarta kasi makan kemudian bilang amin saja. Memangngya di Papua itu hanya
Cuma pejabat saja ka? Sekali lagi bahwa pemekaran tidak membawa perubahan bagi
Rakyat Bangsa Papua Barat. Karenanya pemerintah Indonesia sudah gagal dengan
namanya Otsus sekarang UP4B dan Otsus Plus semuanya itu bukan untuk orang Papua
melainkan dana untuk orang non Papua khususnya TNI/POLRI
KOPASUS, dan buru kasar non Papua guna untuk membunuh dan memusnakan orang asli
Papua Barat di atas tanahnya sendiri
sehingga berhenti mendengar bahasa kotor yang membodo-bodohi orang Papua.
Penulisa mengingatkan melalui tulisan ini bahwa, orang Papua barisan Merah Putih segera sadar
diri dan tunjukan harga dirimu bahwa anda adalah orang Papua. Karena Papua tidak bisa dibangun oleh orang
luar Papua. Seperti sending yang pertama kali mendarat di pulau Papua, memberikan
kabar keselamatan Tuhan Yesus, ''Isac
Samul Kinje'' pada tahun 1925 dengan keadaan yang sangat takut dan Memberkati
Papua dengan doanya’’ Dalam nama Tuhan Yesus saya berdoa, Sekalipun orang
memilki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak bisa memimpin
bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan Memimpin dirinya sendiri’’. Doa seorang pendeta inilah yang sudah dan sedang terjadi sampai sekarang. Sehingga sekalipun
orang Indonesia yang memilki kepandaian
tinggi,akal budi dan marifat dengan gelar yang begitu menggila dunia, bangsa
Indonesia seratus persen tidak akan
pernah membangun Papua dengan sunguh-sungguh melainkan yang ada hanya korupsi dan banyak hutang di luar negeri alias tutup lobang gali lobang.
Dalam Kitab Ulangan, 28:33 dan 38 disana mengatakan bahwa: Ul, 28:33’
Suatau Bangsa yang tidak kau kenal, akan memakan hasil bumimu dan segala hasil jerih payahmu;engkau akan ditindas dan dinjak. 38 banyak benih yang akan kau bawah ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kau kumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya’’.
Dalam Kitab Ulangan, 28:33 dan 38 disana mengatakan bahwa: Ul, 28:33’
Suatau Bangsa yang tidak kau kenal, akan memakan hasil bumimu dan segala hasil jerih payahmu;engkau akan ditindas dan dinjak. 38 banyak benih yang akan kau bawah ke ladang, tetapi sedikit hasil yang akan kau kumpulkan, sebab belalang akan menghabiskannya’’.
Kekayaan yang begitu melimpa, Bangsa Papua miliki baik hasil
bumi tambang, hasil bumi lautan semuanaya dikuasi orang asing yang sama sekali orang Papua tidak tahu dari mana orang-orang itu
datang menempatinya. Sehingga kekayaan yang dimilki orang Papua hanya sedikit
yang diperolehnya alias sisa-sisa makanan orang asing ini. Nah sekarang pertnyaannya. Masih ada harapan
ka Bangsa Papua hidup dalam NKRI? Kalau penderitaan ini masih terus berlanjut, Bangsa Papua seharusnya mengaduh kepada siapa
untuk menentukan nasipnya sendiri? Akan kah
terus menjadi bayang-bayang di atas bukit Emas?
''Mari kita mengakhiri semua penderitaan melalu fitnaan dan hinaan ini''
Tidak ada komentar:
Posting Komentar