Di bawah mentari mereka berdarah merah
Di bawah mentari mereka dibungkam
Bersama mentari mereka terdiam
Bersama mentari mereka lelah terpendam dalam malam yang kelam
Di hutan
belantara mereka terus mengejar fajar
Bersama hutan rimba mereka bersahabat mengejar fajar
Bersama hutan rimba mereka bersahabat mengejar fajar
Di bawah mentari mereka berkeringat
darah
Preman-preman berduit bergerak membakar
Preman-preman berduit bergerak membakar
domba-domba yang lapar akan ROTI dan
AIR
Mentari menjadi bosan melihat preman
berwajah topeng
menipu pucuk-pucuk bunga yang tumbuh mekar mencari air kesejukan
menipu pucuk-pucuk bunga yang tumbuh mekar mencari air kesejukan
Fajar
telah lama bersama angin dan bersama daun
Namun api terus membungkam dan membakar fajar
Tubuh mereka terkukali, mengalir darah dan menangis
Namun suara sang fajar selalu pantul di tubuh gajah
Namun api terus membungkam dan membakar fajar
Tubuh mereka terkukali, mengalir darah dan menangis
Namun suara sang fajar selalu pantul di tubuh gajah
Aku sudah mengatakan
‘’Kalau itu karena kau’’
Kau bilang bukan aku
Kau bilang bukan aku
Itu kan kau
Kau bilang bukan
Tetapi kuyakin; Itu karena kamu
Lihat!
Ini aku Mentari
Tetapi kenapa kamu masih tetap saja memakai TOPENG?
Kau bilang bukan
Tetapi kuyakin; Itu karena kamu
Lihat!
Ini aku Mentari
Tetapi kenapa kamu masih tetap saja memakai TOPENG?
Yogyakarta,
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar